WELCOME ON MY BLOG...


Selamat Datang di Blog saya.. gada yang spesial sih sebenarnya.. tapi saya harap kalian dapat menikmati..
maapkan semua kekurangannya yaa.. saya masih belajar kook..

Selasa, 09 Oktober 2012

Cerita Pendek karya Mheta Sarii

 

Kepergian mereka

Hari Minggu yang sangat sejuk. Udara pagi ini benar-benar membuat hatiku tentram dan damai. Suara gemuruh air hujan turun membasahi atap genting rumahku. Begitu deras kedengarannya. Membuatku nyaman di samping Bunda. Aku memulai percakapan. ‘’Bun, apa Vera boleh bertanya?’’ tanya apa ,sayang?’’ Bunda kembali bertanya. ‘’Em… Apa Vera punya Ayah? Dimana dia sekarang?’’ tanyaku ragu. Lama aku menanti jawaban Bunda. Namun tak sepatah katapun yang keluar dari bibir Bunda. ‘’Bun… Bunda kenapa? Jawab ,Bun. Apa Bunda sakit?’’ tanyaku pelan. ‘’Bunda gak  apa-apa kok ,sayang. Bunda baik-baik aja.’’ Jawab Bunda.
Keesokan harinya ,sepulang aku sekolah. Kembali pertanyaan itu keluar dari mulutku. ‘’Bunda ,apa Ayah gak  sayang lagi sama kita? Kenapa Ayah pergi? Vera rindu Ayah…’’ kataku terisak. ‘’Sayang ,Ayah juga pasti rindu kepadamu. Sudah ,kamu pasti lelah. Lebih baik kamu istirahat dulu.’’ Jawab Bunda lembut. ‘’Bun, semua teman-teman Vera punya Ayah. Mengapa Vera tidak? Vera malu ketika di tanya Ayah Vera siapa.Vera harus menjawab apa Bun?’’ mulutku terus mengeluarkan pertanyaan-petanyaan itu. Dengan sabar Bunda menjawab ,‘’Ayahmu seorang yang baik ,Sayang. Percayalah.’’
Seminggu sudah tidak ku tanyakan kepada Bunda tentang keberadaan Ayah. Sungguh ,aku rindu kepada Ayah. Sebingkai fotopun tentang Ayah tidak ku temukan di rumahku ini. Kemana Ayah? Begitu gumamku dalam hati. Mengapa Ayah tega meninggalkanku dan Bunda. Andai saja Ayah tahu ,aku begitu merindukannya. Ayah ,Vera ingin ayah kembali. Ayah dimana… Kembalilah ayah.
14 tahun sudah aku hidup tanpa seorang Ayah. Kini aku kelas IX SMP. Tak ku lupakan pertanyaanku 10 tahun lalu. ‘’Bunda ,Vera rindu Ayah.’’ Ucapku perlahan. Dan kali ini Bunda membuka mulutnya dan menjawab ucapanku. ‘’Sayang ,Ayah juga rindu padamu. Bunda yakin itu. Nanti kamu akan mengetahui keberadaan Ayahmu ,Sayang.’’ Jawab Bunda penuh kasih sayang. Bunda kini berumur 32 tahun. Bunda masih terlihat seperti dulu. Tetap tegar ,sabar ,tabah ,dan tetap cantik seperti 10 tahun lalu. Mengapa Ayah tega meninggalkan wanita cantik seperti Bunda.
Di rumahku yang besar dan mewah ,hanya di tempati oleh dua orang saja. Sepi sekali.  ‘’Andai saja ayah masih ada. Pasti akan semakin ramai rumah  ini.’’ Ucapku dalam hati. Aku kasihan melihat Bunda. Harus banting tulang membiayai kebutuhan kami. Bunda sekarang bekerja di sebuah perusahaan besar di Ibukota. Bunda wanita yang kuat. Aku bangga kepada Bunda. Aku harus bisa membuat Bunda bahagia.
Suatu hari ,sekolahku mengadakan camping  khusus untuk anggota OSIS di sekolahku. Aku tak tega jika harus meninggalkan Bunda sendiri di rumah. ‘’Bunda ,sekolah Vera akan mengadakan camping.’’ Laporku kepada Bunda sore itu. ‘’terus? Apa kamu ingin mengikutinya? Bunda gak apa-apa kok kalau kamu tinggal sendiri di rumah. Pergi saja.’’ Komentar Bunda lembut. ‘’tapi ,Vera gak tega ninggalin Bunda sendiri di rumah. Nanti Bunda kesepian. Vera juga takut Bunda kenapa-kenapa.’’ Bunda tersenyum. Dan mulai mendekatiku. ‘’gak apa-apa ,sayang. Bunda akan baik-baik aja kok. Pergilah jika kamu menginginkannya.’’ Bunda berkata lembut sambil membelai rambutku. ‘’Baiklah Bunda. Vera memang sangat ingin mengikutinya. Hari Minggu besok kami akan pergi.’’ Kataku kepada Bunda. Dan Bunda hanya mengangguk tersenyum. ‘’Terima kasih ,Bunda. Vera sayang Bunda.’’ Aku mencium pipi Bunda dan memeluknya erat.
Tibalah saatnya aku dan anggota OSIS lain pergi camping. Aku pamit dengan Bunda. Tak tega rasanya. Tapi aku juga tidak ingin melewatkan kesempatan ini. Semoga Bunda tidak kenapa-kenapa.
Kamipun akhirnya sampai di lokasi camping. Aku segera menelepon Bunda. ‘’Bunda ,kami sudah tiba di lokasi camping. Bagaimana keadaan Bunda?’’ aku mengkhawatirkan keadaan Bunda. ‘’Bunda baik-baik aja ,Sayang. Kamu baik-baik juga ya disana.’’ Jawab Bunda. ‘’oke ,Bunda.’’ Jawabku semangat. Setelah mengabari Bunda ,aku pun kembali bergabung bersama teman-temanku.
Malam ini di lokasi camping ,udaranya sangat dingin. Hingga menusuk tulang-tulangku. Menggigil aku dibuatnya. Seakan aku terbuai oleh kesejukan malam ini ,aku melupakan semuanya. Termasuk Bunda. Aku tak sempat mengabari Bunda. Aku sibuk dengan kegiatanku malam ini.
Tadi siang ,tanpa ku ketahui Bunda jatuh pingsan di kantornya. Ketika aku sedang asyik bersama teman-temanku ,aku di kabari oleh seorang tetanggaku bahwa Bunda sedang sakit. ‘’Benarkah ,Bu? Apa Bunda akan baik-baik saja? Tolong jaga Bunda ya ,Bu. InsyaAllah saya akan pulang malam ini juga. Terima kasih ya ,Bu atas informasinya.’’ Jawabnya tanpa jeda.
Sesampainya aku di rumah ,aku menemukan Bunda di kamarnya dengan rawut wajah yang tidak biasanya. Wajah Bunda kelihatan pucat. ‘’Bunda… Ini Vera. Bunda kenapa? Maafkan Vera yang sudah ninggalin Bunda sendiri.’’ Bunda hanya dapat tersenyum melihatku kembali.
Sebulan sudah penyakit Bunda tak kunjung sembuh. Walau terkadang Bunda sudah bisa berdiri dan berjalan. Namun penyakitnya bisa saja muncul tiba-tiba. Aku tak kuasa melihat penderitaan Bunda seperti ini. Aku ingin Bunda di rawat di Rumah Sakit agar dapat mengetahui penyakit Bunda sebenarnya apa. ‘’tidak perlu ,Sayang. Bunda baik-baik saja kok.’’ Begitu jawaban Bunda setiap aku ingin mengajaknya ke Rumah Sakit. Hingga akhirnya ,ketika aku pulang sekolah ,aku menemukan Bunda tergeletak di lantai kamar mandi. ‘’Astaghfirullah.. bunda!! Bunda kenapa?’’ pertanyaanku tak ada jawabannya.
Aku sangat terpukul ketika mengetahui Bunda memiliki penyakit gagal ginjal. Kenapa Bunda tidak mengatakannya kepadaku? Apa Bunda tak ingin aku mengetahuinya? Kenapa? Oh ,Tuhan. Tolong selamatkan Bunda. aku tak ingin kehilangan dia. Aku amat menyayanginya.
Tak terasa ,2 minggu sudah Bunda dirawat di Rumah Sakit ini. Aku sedih melihat Bunda yang lemah seperti ini. Apa yang Bunda rasakan ,seakan dapat ku rasakan juga. Kata dokter ,ia sudah stadium 4. Kenapa Bunda tidak memberitahu aku tentang semua ini? Aku gak mau kehilangan Bunda. Bunda harus sembuh. Bagaimanapun caranya.
3 tahun kemudian…
Sekarang aku berusia 17 tahun. Tepat di umurku yang ke-17 aku menemukan kebahagiaan baru. Kini Bunda telah sehat walaupun belum sepenuhnya sembuh dan kehidupanku kembali berjalan normal seperti dulu. Namun ,tak bisa terlupakan olehku tentang Ayah. Aku tak pernah tahu Ayahku siapa. Suatu hari ,kembali aku bertanya kepada dengan pertanyaan yang sama dengan beberapa tahun lalu. ‘’Ayah dimana ,Bun? Vera rindu sama Ayah. Kapan Vera bisa bertemu Ayah?’’ ‘’sekarang ,kamu fokus ke sekolah dulu. Nanti kamu akan tahu keberadaan Ayah kamu ,Sayang.’’ Jawab Bunda penuh kelembutan. ‘’tapi kapan ,Bunda? Sudah 17 tahun Vera gak ketemu dengan Ayah.’’ Balasku dengan kecewa. ‘’belum saatnya kamu tahu ,Sayang’’ tanpa merasa perlu aku menjawab ,aku pun pergi meninggalkan Bunda. Hari-hari ku lalui dengan penuh semangat dan keceriaan.
Tanpa terasa ,kini aku telah lulus SMA dengan nilai yang memuaskan. Aku mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan ke perguruan tinggi favorit. Berita ini cukup membat Bunda bahagia. Setahun sudah ku lalui di perguruan tinggi ini. Suatu hari ,penyakit Bunda kambuh tiba-tiba. Saat aku pulang kuliah ,aku menemukan Bunda terbaring di lantai dapur rumahku. Beruntung saat itu aku tidak mendapat kuliah malam. Tanpa berpikir panjang ,aku langsung membawa Bunda ke Rumah Sakit. Kata dokter ,Bunda harus mendapatkan perawatan intensif. Terpaksa Bunda harus di rawat inap disana.
Sudah seminggu Bunda dirawat di Rumah Sakit. Aku begitu mengkhawatirkan keadaan Bunda. Padahal sudah hampir 4 tahun ini penyakit Bunda tidak datang lagi. Suatu hari sepulang aku kuliah ,aku menjenguk Bunda. Aku rindu padanya. Aku menanyakan keadaannya. ‘’bagaimana keadaan Bunda?’’ tanyaku khawatir. ‘’Bunda baik-baik saja ,sayang.’’ Begitu jawaban Bunda setiap aku menanyakan keadaannya. ‘’apa yang Bunda inginkan sekarang? Apa Bunda lapar? Nanti Vera carikan makanan untuk Bunda.’’ tawarku pada Bunda. ‘’tak perlu ,Sayang. Tadi suster sudah membawakan Bunda bubur.’’ Tolaknya sambil menunjuk ke arah meja yang di atasnya terdapat semangkuk bubur yang masih utuh. Kelihatannya belum di sentuh Bunda sama sekali. ‘’Bunda ,apa Bunda tidak memakan bubur itu?’’ Bunda hanya mengangguk. ‘’kenapa Bunda? Vera suapin ya.’’ Segera ku ambil semangkuk bubur tersebut. Berniat menyuapi Bunda. Namun ,Bunda sama sekali tidak membuka mulutnya. ‘’Bunda ,Bunda makan ya? Nanti Bunda gak sembuh-sembuh.’’ Akhirnya Bunda pun membuka mulutnya.
Sudah hampir 3 bulan Bunda dirawat di Rumah Sakit. Namun ,ku rasa keadaan Bunda tak kunjung membaik. Begitu pun kata dokter yang merawat Bunda. Ak takut Bunda kenapa-kenapa. Sungguh ,aku tak ingin kehilangan orang yang aku sayangi. Dokter mengatakan akan berusaha membuat keadaan Bunda jauh lebih baik. Semoga Bunda masih diberi kesempatan untuk terus bersamaku.
Waktu terus berputar. Hari berganti minggu. Minggu berganti bulan. Dan bulan berganti menjadi tahun. Yapp..!! Setahun sudah Bunda dirawat di Rumah Sakit. Keadaan Bunda semakin parah. Wajah Bunda yang segar dan cantik ,tak ku temukan lagi sekarang. Wajah Bunda kini sudah pucat tak seperti dulu lagi. Suatu ketika ,Bunda harus menerima kenyataan bahwa ginjalnya bagian kiri sudah tak berfungsi lagi. Dan ia harus di operasi untuk mengeluarkan ginjalnya yang tak berfungsi itu.
Kenyataan yang pahit dan sangat menyakitkan harus ku terima. Bunda tak bisa di selamatkan lagi. Bunda harus pergi jauh. Dan tak akan kembali. Aku terisak mengetahui hal tersebut. Aku harus hidup dengan siapa sekarang? Tanpa seorang Ayah. Tanpa seorang Bunda.
Prosesi pemakaman Bunda akan berlangsung pagi ini. Aku menangis memendam kecewa. Mengapa Bunda begitu cepat meninggalkanku. Dan Bunda meninggalkanku sebelum aku mengetahui Ayahku siapa. Tuhan ,kenapa Kau begitu jahat kepadaku? Kenapa Kau mengambil Bundaku secepat itu. Aku pun tak tahu Ayahku siapa. ‘’Bundaaaaa…. Jangan tinggalkan aku. Aku tak bisa hidup tanpa Bunda. aku sangat menyayangi Bunda. Aku mohon kembali ,Bundaa.’’ Aku teriak sekencang-kencangnya di pemakaman tersebut. Aku tak kuasa menahan kesedihan. Namun ,apa yang bisa ku lakukan. Bunda tak mungkin kembali. Bunda sudah bahagia di alam sana. Aku akan selalu mendo’akannya.
Hari-hari ku lalui tanpa Bunda. Aku berusaha menjadi pribadi yang bahagia sekarang. Namun tak bisa aku menutupi kesedihan itu. Aku seorang yatim piatu. ‘’aku harus mencari Ayah.’’ Aku membatin setiap mengingat kejadian-kejadian yang telah lalu. Aku membuka lemari Bunda yang penuh debu karena tak pernah di buka. Tak sengaja ku temukan selembar foto lelaki mengenakan seragam yang membuat dirinya gagah perkasa. Bisa ku tebak ,dia pasti seorang polisi. Aku terus mencari berkas-berkas lain di lemari Bunda. Siapa tahu aku bisa menemukan informasi lain tentang Ayah. Tak lama aku menemukan beberapa lembar kertas yang menarik perhatianku. Ternyata kertas itu adalah surat keterangan dokter tentang penyakit Bunda. Ya! Penyakit itu sudah lama di derita Bunda. Tapi kenapa Bunda tak pernah memberitahuku. Kenapa Bunda setega itu? Bunda rela menyimpan rasa sakitnya di depanku. Daripada harus memberitahuku. Bunda wanita yang hebat. Aku sangat menyayanginya.
Kini aku telah mendapatkan informasi tentang keberadaan Ayah. Ayah adalah seorang Brigadir di salah satu kantor polisi di Ibukota. Aku mendatangi satu-satu kantor polisi di Ibukota. Naik turun busway. Demi mendapatkan Ayah kandungku. Ternyata Ayah sudah tidak bekerja lagi di kantor polisi. Tapi ,aku mendapatkan alamat rumah Ayah yang ditinggalinya sekarang. Semoga saja aku bisa bertemu Ayah. Namun, takdir berkata lain. ‘’maaf ,orangnya sudah pindah ke daerah Bogor 5 tahun lalu.’’ Begitu kata tetangganya yang melihatku mengetuk-ngetuk pintu tanpa balasan. Walau Ayah telah pindah ,aku akan terus  mencari Ayah. Aku harus menemukannya. Aku sangat merindukannya.
Setahun sudah aku hidup sendiri. Jika sedang kesepian seperti ini ,aku jadi ingat Bunda. Ia selalu menghiburku jika aku kesepian. Namun sekarang ,tak ada lagi yang bisa menghiburku seperti dulu. Tanpa ku sadari air mataku jatuh membasahi sela-sela pipiku. ‘’besok ,aku sedang libur kuliah. Tak ada dosen yang masuk kelasku. Aku harus mencari Ayah.’’ Gumamku.
Hari ini ,tepat hari ulang tahun Bunda yang ke 38 tahun aku bertekad mencari Ayah hingga aku bertemu dengannya. Aku menyewa mobil Toyota Avanza untuk mencari Ayah ke Bogor. Aku berharap aku bisa menemukan Ayah. Waktu menunjukkan pukul 11.38 WIB. Kini aku berada tepat di depan rumah yang Ayah tinggali saat ini. Menurut informasi yang ku dapat, Ayah tinggal di daerah dekat puncak. Besar kelihatannya rumah ayah sekarang. Tak bisa ku bayangkan sekaya apa Ayah saat ini. Aku mulai menekan bel rumah mewah itu. Keluar seorang wanita cantik dengan pakaian mewah yang sangat mempesona. ‘’permisi ,apakah ini rumah Pak Sugandi Putra?’’ aku bertanya sopan. ‘’maaf ,bukan. Pak Sugandi telah pindah.’’ Jawabnya. ‘’kalau boleh saya tahu ,pindah kemana ya?’’ tanyaku lagi. ‘’saya kurang tahu.’’ ‘’oh. Kalau begitu saya permisi. Terima kasih atas waktunya.’’ Pamitku kemudian.
Sebulan sudah aku tak mencari keberadaan Ayah. Aku sibuk dengan aktivitasku sebagai seorang mahasiswi. Suatu ketika ,kampusku mengadakan FamilyDay 2012. Yaitu ,acara dimana seluruh mahasiswa maupun mahasiswi mengikutsertakan Ayah Bunda mereka untuk membuat sebuah pameran keluarga di kampusku. Aku terdiam ketika membaca pengumuman tersebut. ‘’bagaimana aku akan mengikutinya? Ayah Bunda saja aku tak punya.’’ Kataku dalam hati. Lama aku menahan kesedihan itu. Pengumuman acara itu mengingatkanku tentang keluargaku yang tak lengkap. ‘’Oh ,Ayah… Andai saja Ayah masih ada. Besok aku harus mencari Ayah. Bagaimanapun caranya!!’’ gumamku.
Keesokan harinya, tepat pukul 09.00 WIB aku pergi ke Bogor untuk mengetahui keberadaan Ayah. Setelah sekian lama aku mencari keberadaan Ayah, kini aku telah menemukan seseorang yang sangat dekat pada Ayah. ‘’permisii..’’ begitu aku mengetuk pintu rumahnya ,keluar seorang lelaki tua yang terlihat  seumuran Bunda. ‘’ya ,ada apa dik?’’ tanyanya. ‘’apa ini rumah Pak Bambang?’’ tanyaku kemudian. ‘’iya, adik siapa?’’ ia bertanya balik. ‘’apa Bapak mengetahui keberadaan Pak Sugandi? Saya adalah anaknya. Saya belum pernah bertemu dengannya. Maka dari itu ,saya ingin mencarinya. Tolong beritahu saya keberadaan Ayah saya ,Pak.’’ Jelasku panjang lebar. ‘’emm.. Nak ,kenapa kamu baru menanyakan keberadaan Ayahmu sekarang? Apa Ibumu tidak memberitahumu tentang ini?’’ tanyanya kemudian. ‘’Bunda saya telah meninggal beberapa tahun lalu. Sampai beliau meninggal ,beliau belum memberitahu saya tentang keberadaan Ayah. Tolong saya ,Pak. Saya sangat merindukan Ayah saya.’’ Jawabku hampir menangis. ‘’mari Bapak antar ,Nak.’’ Ia kemudian mengantarkanku ke sebuah tempat.
‘’Kenapa Bapak membawa saya ke tempat seperti ini?’’ tanyaku heran. ‘’nanti kamu akan mengetahuinya ,Nak.’’ Jawabnya. ‘’disini. Disini keberadaan Ayahmu.’’ Ia kemudian duduk di samping sebuah makam. ‘’maksud Bapak apa? Apa Ayah saya telah meninggal?’’ tanyaku heran. Si Bapak hanya mengangguk. ‘’Bapak pasti sedang bercanda. Tidak mungkin ,Pak!! Ayah saya pasti masih hidup. Bapak jangan bohong sama saya.’’ Ucapku tak percaya. ‘’memang seperti ini kenyataannya ,Nak. Ini Ayah kamu. Beliau telah meninggal 3 tahun yang lalu. Maaf ,Nak. Bapak hanya bisa menemanimu sampai sini. Bapak harus pergi.’’ Katanya sambil berlalu meninggalkanku. ‘’Tuhan… Kenapa Kau tega mengambil kedua orangtuaku? Aku belum sempat berbagi kebahagiaan kepada Ayah ,belum sempat melihatnya. Tapi Ayah telah dulu dipanggil Sang Maha Kuasa.’’ Ratapku tak percaya dengan keadaanku seperti ini.
Akupun pulang ke Ibukota dengan perasaan tak karuan. Aku masih belum terima dengan kenyataan seperti ini. Aku sekarang hidup sebatang kara. Tanpa Ayah Bunda. Aku harus bisa menjalani hidup dengan keadaan seperti ini. Aku harus tegar menghadapi cobaan hidup ini.
2 tahun sudah aku hidup yatim piatu. Tak bisa aku melupakan kejadian menyedihkan dulu. Kejadian tersebut masih terus menggangguku. Hingga kini aku wisuda. Aku masih belum bisa melupakan Ayah dan Bunda. Andai saja mereka masih hidup ,pasti mereka akan menghadiri wisudaku hari ini. Aku rindu pada mereka. Aku ingin sekali bertemu mereka. Semoga mereka tenang di alam sana.
Ayah… Bunda… Vera sangat menyayangi dan mencintai kalian..
TAMAT




Tidak ada komentar:

Posting Komentar